WASPADALAH ! 3 Hal penghambat bisnis Anda mungkin ada dalam diri Anda
Mengobrol adalah hobi umum para pebisnis, karena dari obrolan-lah kita
bisa mendapatkan banyak informasi, dan dari obrolan pula biasanya kita
tercetus suatu ide bagus. Namun hati-hati, hasilnya bisa jauh berbeda,
tergantung dengan siapa Anda mengobrol. Bila kita mengobrol dengan orang
negatif, tentu akan membuat kita ikut menjadi negatif, begitu pula bila
kita mengobrol dengan orang yang positif dan enerjik, maka kita pun
akan merasa jauh lebih positif dan semangat.
Nah, yang paling menyebalkan adalah bila kita mengobrol dengan orang
yang whiny dan blaming. Whiny dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan
cengeng (sedangkan whining berarti merengek – seperti anak kecil), dan
blaming adalah selalu mencari kambing hitam. Dan menariknya, ini adalah
penyakit akut para UKM, banyak sekali UKM yang terjebak selamanya
menjadi UKM (usahanya tidak pernah besar – atau bahkan tutup) karena
mental WHINY dan BLAMING ini. Lucunya juga, whiny dan blaming ini sebegitu dicintainya oleh kebanyakan orang,
sampai2 (mungkin) saat tulisan ini dibaca oleh orang bermental whiny
dan blaming pun, maka orang tersebut akan menggerutu dan menyalahkan
saya (another blaming)..he he..
Tapi gak papa dech, semoga sebagian orang sadar melalui tulisan saya ini, adalah FAKTA bahwa WHINING dan BLAMING TIDAK AKAN PERNAH MENCARIKAN SOLUSI UNTUK BISNIS ANDA.
Sebanyak apapun Anda mengeluh, dan sebanyak apapun Anda menyalahkan
orang lain, Anda hanya akan menjadi “haters”, dan kebencian akan terus
semakin membesar di dalam hati Anda, lalu tanpa sadar bisnis Anda akan
tutup karena Anda tidak pernah mengoreksi diri atau pun mencari solusi,
hanya terus “keasikan” menyalahkan keadaan. Dan saya tegaskan, bahwa
saya pernah merasakan hal itu, karena itu saya SANGAT TAHU bagaimana
rasanya menjadi whiner, blamer, dan hater, dan itu sama sekali TIDAK
menolong hidup saya.
Saya ceritakan secara singkat di sini. Pada tahun 2001, bisnis almarhum
Papa saya collapse karena Papa saya ada salah dalam langkah bisnis, dan
saudara saya sendiri malah mengambil kesempatan tersebut dengan memakan
bisnis Papa saya yang sudah berjalan. Alhasil sejak hari itu, setiap
hari keadaan keluarga kami selalu “panas” karena Papa saya berusaha
mempertahankan bisnisnya dengan keadaan terlilit hutang yang sangat
besar. Dan saya sendiri, yang saat itu masih remaja SMA, tiba2
kehilangan masa2 remaja yang seharusnya menyenangkan. Saya menjadi
seseorang yang minder, karena saya sekolah di sekolah orang berada,
sedangkan saya begitu miskin dan selalu dipusingkan oleh keadaan
keuangan keluarga.
Begitu pula di masa kuliah, saya sempat dihina oleh mantan pacar saya
(yang langsung saya putusin..he he..), dan saya pun putus kuliah karena
saya tahu biaya kuliah akan semakin memberatkan keadaan keluarga. Kakek
saya pun jadi korban, beliau stres berat karena keributan keluarga, dan
terkena kanker, lalu meninggal dalam waktu 3 bulan setelah didiagnosa
kanker tersebut. Selama 6 tahun (sampai tahun 2007), saya menjadi
whiner, blamer, dan hater. Saya begitu membenci keadaan saya, saya juga
benci saudara saya, bahkan saya sampai benci juga keadaan Indonesia dan
pemerintah saat itu. Oya, saya juga sangat iri dan benci orang kaya,
karena saat itu saya berpikir bahwa semua orang kaya pasti pelit dan
menyebalkan.
Tanpa berlama2 dengan cerita tersebut (yang kalau saya ceritakan
secara detail bisa menjadi sebuah novel), intinya yang ingin saya
sampaikan adalah : selama bertahun2 menjadi whiner, blamer, dan hater,
saya SAMA SEKALI TIDAK MENGALAMI KEMAJUAN, YANG ADA KEADAAN KELUARGA
KAMI TERUS SEMAKIN TERPURUK. Dan TIDAK ADA YANG MENOLONG KAMI. Ternyata,
penolong pun tidak datang menolong selama kita bersikap layaknya
sampah.
Singkat cerita, saya bertekad mengubah hidup saya menjadi orang positif
sejak tahun 2007. Dan saya langsung ACTION dengan membuka bisnis pertama
saya. Lalu, apakah hidup saya langsung berubah ? YA TENTU tidak
se-miracle itu kejadiannya..he he..
Proses menjadi manusia positif pun mengalami banyak sekali cobaan,
sampai di tahun 2010-2011 saya hampir kehilangan segala hal, yang
tersisa hanyalah 1 orang yang selalu setia mendukung saya (yaitu orang
yang menjadi istri saya saat ini). Keadaan keluarga kami benar2 carut
marut karena kami mesti merelakan rumah yang telah kami tinggali selama
belasan tahun, Papa saya divonis terkena kanker, dan bisnis saya ditipu
oleh teman dekat sendiri. Namun di tahun tersebut pula, saya percaya,
bahwa saat saya sudah dijatuhkan ke level paling bawah, dan saya masih
kuat (tidak pecah), maka layaknya bola karet yang lentur, saya akan
terbang tinggi setinggi2nya mencapai level paling atas. Dan kepercayaan
tersebut, berbuah menjadi Esprecielo Group, yang lahir di tahun yang
sama, di mana saat itu saya mengalami sisi tergelap sepanjang hidup
saya.
Ya, saya telah mengalaminya sendiri. Menjadi whiner, blamer, dan hater memang sangat nyaman,
karena kita dengan mudahnya bisa menyalahkan keadaan atau orang lain,
tanpa perlu mengoreksi diri sendiri. Kita akan beranggapan bahwa diri
kita selalu benar, dan kita sial karena ulah orang lain (biasanya yang
paling sering disalahkan sich pemerintah atau keadaan ekonomi). Kita
begitu nyamannya menyalahkan pihak lain, sampai kita terlena dan LUPA mencari solusi. Kita terlalu keasikan mencari teman yang mengalami hal serupa, tanpa sadar bahwa “teman senasib” saja tidaklah menjadi solusi.
Dan kalau kita semua sudah sadar sesadar-sadarnya bahwa menjadi whiner,
blamer, dan hater malah akan semakin menjerumuskan kita, lalu untuk apa
kita masih melanjutkannya ? Marilah kita bersama-sama renungkan kembali,
dan kesampingkanlah para kambing hitam tersebut. Marilah kita tarik
nafas dalam2, dan carilah solusi yang terbaik, yang bisa memperbaiki
kinerja bisnis kita. Karena pebisnis hebat adalah pebisnis yang bisa
terus survive dan mengalami pertumbuhan dalam keadaan apapun, bukan
pebisnis yang survive hanya karena “kebetulan” tertolong keadaan.
Perlu juga dicatat serta diingat baik-baik, bahwa usaha saya
betul-betul mulai berbuah hasil setelah saya menghilangkan kebencian ke
saudara saya yang menipu alm Papa saya di tahun 2001. Bahkan kami
kemarin sempat ngopi bareng satu meja sambil ngobrol2, tanpa mengungkit2
lagi kejadian masa lalu. Sekarang keadaan beliau juga sedang fight
untuk berjuang karena mengalami banyak masalah di bisnisnya, dan instead
of bersyukur karena beliau sedang kesusahan, saya lebih merasa kasihan
dan lebih ingin berusaha menghiburnya.
So, saya telah membuktikannya, bahwa perusak hidup keluarga saya selama
belasan tahun pun sudah saya maafkan sepenuhnya. Masihkah Anda membenci
seseorang atau keadaan atau pemerintah ? Bila ya, silahkan Anda
renungkan kembali, apakah kebencian tersebut ada gunanya.
Salam Sukses ! Dan semoga tulisan ini membantu hidup Anda menjadi lebih baik !
SUMBER
0 komentar:
Posting Komentar